Debu Nusantara Kolektif ; Membangun Kesadaran Berbudaya Lewat Budaya Tutur

Malang – Hari ini kita dihadapkan pada era teknologi serba bisa dimana hal tersebut memudahkan aktifitas kita khususnya dalam aktifitas komunikasi. Namun, juga ada beberapa konsekuensi yang mesti hilang, salah satunya adalah tradisi lisan atau budaya tutur yang semakin hari semakin pudar eksistensinya. Cerita-cerita lokal macam Si Pitung, Kancil, Wiro Sableng, Wali Songo dan lain-lain sudah mulai jarang kita jumpai.  Berangkat dari permasalahan itulah sekelompok anak-anak muda di Kota Malang membentuk sebuah kolektif yang kini dikenal dengan sebutan Debu Nusantara Kolektif. Continue reading

SAVE STREET CHILD MALANG ; Kerja Sosial Sambil Senang-Senang

“Ada sebuah kebahagiaan tersendiri dari kegiatan ini dibandingkan kebahagiaan saya setelah capek-capek bekerja dan mendapatkan uang yang setelahnya saya bingung untuk apa. Dari sini saya mulai merasa bahwa uang bukanlah segalanya. Uang bukanlah satu-satunya alasan untuk kita hidup. Dan saya menemukan kebahagiaan itu lewat komunitas ini.”

Portal Barang Bekas -- Acara Pengumpulan Barang-Barang Bekas oleh Komunitas Save Street Child Malang bertempat di Cafe Ling-Ling Jl. Kawi (11/01/2014) (photo:arzmy)

Portal Barang Bekas — Acara pengumpulan barang-barang bekas sebagai rangkaian dari kegiatan rutin penanganan anak jalanan oleh Komunitas Save Street Child Malang bertempat di Cafe Ling-Ling Jl. Kawi (11/01/2014) (photo:arzmy)

Continue reading

Teater Sinden ; Lakon A.Y.O! dan Maling Undang Gelak Tawa Penonton

MALANG – Tiap individu pasti punya sifat kritis dan sifat kritis tidak hanya tertuang dalam satu atau beberapa metode saja seperti aksi unjuk rasa, diskusi, tulisan maupun televisi semata. Namun, menyampaikan gagasan kritik sosial melalui seni teater juga merupakan sebuah aksi yang nyata sekaligus meningkatkan pola kreativitas generasi muda Indonesia dalam hal seni dan budaya. LSO Teater Sinden, telah membuktikannya pada Jum`at malam (27/12/2013) dengan mementaskan sebuah pementasan yang merupakan hasil kolaborasi dua naskah berbeda yang tentunya sarat muatan kritik sosial namun dikemas dengan gaya komedi yang membuat perut penonton terpingkal-pingkal dibuatnya.

Mengundang Geli – Lakon "Maling" Karya Auf Sahid yang dipentaskan oleh Teater Sinden yang mengundang decak tawa penonton di Basement Dome, Universitas Muhammadiyah Malang (27/12/2013) (photo : guns)

Undang Gelak Tawa – Lakon “Maling” Karya Auf Sahid yang dipentaskan oleh Teater Sinden yang mengundang gelak tawa penonton di Basement Dome, Universitas Muhammadiyah Malang (27/12/2013) (photo : dok. sinden)

Pementasan pertama berjudul Maling bercerita tentang realitas dan konflik peristiwa pencurian. Pementasan kedua berjudul A.Y.O! bercerita tentang kegelisahan individu menyikapi aksi main hakim sendiri dimana lakon-lakon di dalamnya berembug bersama untuk memprioritaskan keadilan atau kemanusiaan. Pementasan ini digarap dengan banyak unsur komedi dan kaya pesan dan sindiran bergaya satir. Dilihat dari segi penggarapan dan artistik pementasan, penonton seakan dibawa ke dalam era-era semasa PMR (Pengantar Minum Racun) atau Warkop DKI masih berjaya, dimana peristiwa-peristiwa sosial dan politik ditanggapi dengan menjadikannya sebagai sebuah guyonan sehari-hari.

Malam itu penonton sudah ramai berjejal di depan pintu masuk yang didesain sedemikian rupa layaknya premiere sebuah film. Menurut Aspari, selaku Pimpinan Produksi sedikit kewalahan karena jumlah penonton yang datang di luar ekspektasi.

“Kami hanya memasang target penonton sebanyak 400 orang, sedangkan penonton datang jauh melebihi target tersebut. Sehingga dengan terpaksa kami menyilahkan mereka menonton pementasan tapi dengan keadaan berdiri, karena jumlah bangku yang kami sediakan hanya muat sekitar 400 buah. Saya selaku pimpro di sini ingin meminta maaf atas ketidaknyamanan tersebut”, ujar Aspari sehabis pementasan usai.

Continue reading

GAR’S, Eksis Ikuti Kontes Modifikasi

Modifikasi motor bukan sesuatu yang gampang, butuh ketelatenan dan feeling yang kuat terutama untuk keserasian warna

Malang Seni merupakan sesuatu yang dianggap indah dan memiliki nilai yang tinggi. Seni bisa diaplikasikan di media apapun, tak terkecuali motor. Modifikasi inilah tren untuk mempercantik motor yang membuat salah satu komunitas motor di Malang, Garage Auto Racing (GAR’S) tetap langgeng dan eksis berkreasi.

Anggota GAR'S foto bersama di even HOCS (Honda Oto Contest) 2013

Anggota GAR’S foto bersama di even HOCS (Honda Oto Contest) 2013

Renanda Muhtasyar Fahmi, Eka Prasetyo, Helmi Nur Adi, dan Dandy Budi Prasetyo adalah empat sekawan pencetus berdirinya komunitas motor GAR’S. Berawal dari keisengan empat sahabat ini melihat aktivitas balapan motor dan gaya free style di sekitar pasar Karangploso, Kabupaten Malang. Sebuah aksi balapan dan free style yang dipertontonkan oleh komunitas lain menggugah Renanda dan kawan-kawan lainnya untuk membentuk sebuah club motor.

“Asalnya GAR’S alirannya balapan motor dan free style, tapi itu tidak lama. Kami bosan jika harus berurusan dan kejar-kejaran dengan polisi, jadi tahun 2010 ketika mulai banyak kendaraan yang dimodifikasi meluncur di jalan raya, kami pun tertarik  untuk beralih aliran modofikasi motor,” ungkap Renanda Ketua Komunitas GAR’S. Continue reading

Afganisme Malang Tak Hanya Sekadar Fans

1

Afgan memegang banner Afganisme Malang.
(Photo by: doc pribadi Niny)

Malang – Fans adalah kekuatan terpenting dari seorang selebriti agar tetap eksis dan karyanya terus di apresiasi. Tanpa adanya fans maka tak akan mungkin seorang selebriti bisa bertahan dalam dunia entertainment yang terus-menerus menciptakan selebritis-selebritis baru. Setiap kumpulan fans memiliki sebutan nama yang berbeda-beda untuk selebritisnya. Afganisme adalah sebutan bagi fans  Afgan Syahreza. Ia bukanlah nama asing lagi di dunia entertainment Indonesia. Ia adalah penyanyi yang berbakat dibuktikan dengan berbagai penghargaan.

Afganisme tersebar di seluruh Indonesia, tetapi tidak hanya di Indonesia Afganisme juga tersebar di luar negeri seperti Singapore, Malaysia, Thailand, Hongkong, Philipina dan masih banyak lagi. Tetapi kali ini kita akan membahas Afganisme yang berada di Malang. Afganisme Malang terbentuk sejak tahun 2008 dengan pendirinya adalah Anggun yang saat itu masih berkuliah di Universitas Brawijaya. Continue reading