SAVE STREET CHILD MALANG ; Kerja Sosial Sambil Senang-Senang

“Ada sebuah kebahagiaan tersendiri dari kegiatan ini dibandingkan kebahagiaan saya setelah capek-capek bekerja dan mendapatkan uang yang setelahnya saya bingung untuk apa. Dari sini saya mulai merasa bahwa uang bukanlah segalanya. Uang bukanlah satu-satunya alasan untuk kita hidup. Dan saya menemukan kebahagiaan itu lewat komunitas ini.”

Portal Barang Bekas -- Acara Pengumpulan Barang-Barang Bekas oleh Komunitas Save Street Child Malang bertempat di Cafe Ling-Ling Jl. Kawi (11/01/2014) (photo:arzmy)

Portal Barang Bekas — Acara pengumpulan barang-barang bekas sebagai rangkaian dari kegiatan rutin penanganan anak jalanan oleh Komunitas Save Street Child Malang bertempat di Cafe Ling-Ling Jl. Kawi (11/01/2014) (photo:arzmy)

Continue reading

Teater Sinden ; Lakon A.Y.O! dan Maling Undang Gelak Tawa Penonton

MALANG – Tiap individu pasti punya sifat kritis dan sifat kritis tidak hanya tertuang dalam satu atau beberapa metode saja seperti aksi unjuk rasa, diskusi, tulisan maupun televisi semata. Namun, menyampaikan gagasan kritik sosial melalui seni teater juga merupakan sebuah aksi yang nyata sekaligus meningkatkan pola kreativitas generasi muda Indonesia dalam hal seni dan budaya. LSO Teater Sinden, telah membuktikannya pada Jum`at malam (27/12/2013) dengan mementaskan sebuah pementasan yang merupakan hasil kolaborasi dua naskah berbeda yang tentunya sarat muatan kritik sosial namun dikemas dengan gaya komedi yang membuat perut penonton terpingkal-pingkal dibuatnya.

Mengundang Geli – Lakon "Maling" Karya Auf Sahid yang dipentaskan oleh Teater Sinden yang mengundang decak tawa penonton di Basement Dome, Universitas Muhammadiyah Malang (27/12/2013) (photo : guns)

Undang Gelak Tawa – Lakon “Maling” Karya Auf Sahid yang dipentaskan oleh Teater Sinden yang mengundang gelak tawa penonton di Basement Dome, Universitas Muhammadiyah Malang (27/12/2013) (photo : dok. sinden)

Pementasan pertama berjudul Maling bercerita tentang realitas dan konflik peristiwa pencurian. Pementasan kedua berjudul A.Y.O! bercerita tentang kegelisahan individu menyikapi aksi main hakim sendiri dimana lakon-lakon di dalamnya berembug bersama untuk memprioritaskan keadilan atau kemanusiaan. Pementasan ini digarap dengan banyak unsur komedi dan kaya pesan dan sindiran bergaya satir. Dilihat dari segi penggarapan dan artistik pementasan, penonton seakan dibawa ke dalam era-era semasa PMR (Pengantar Minum Racun) atau Warkop DKI masih berjaya, dimana peristiwa-peristiwa sosial dan politik ditanggapi dengan menjadikannya sebagai sebuah guyonan sehari-hari.

Malam itu penonton sudah ramai berjejal di depan pintu masuk yang didesain sedemikian rupa layaknya premiere sebuah film. Menurut Aspari, selaku Pimpinan Produksi sedikit kewalahan karena jumlah penonton yang datang di luar ekspektasi.

“Kami hanya memasang target penonton sebanyak 400 orang, sedangkan penonton datang jauh melebihi target tersebut. Sehingga dengan terpaksa kami menyilahkan mereka menonton pementasan tapi dengan keadaan berdiri, karena jumlah bangku yang kami sediakan hanya muat sekitar 400 buah. Saya selaku pimpro di sini ingin meminta maaf atas ketidaknyamanan tersebut”, ujar Aspari sehabis pementasan usai.

Continue reading